Buka Semua | Tutup Semua

Kamis, 01 Juli 2010

JALAN

Banyak jalan menuju Roma, kalau jalannya rusak, yah..... payah deh kapan nyampenya,
udah gitu jalannya masih perkerasan tanah dan habis kena hujan terus menerus selama seminggu dilalui kendaraan berat, sehingga tergerus dan menjadi kubangan. Pokoknya ekstiiiiiiiiiiiiiiiim ..................sekali parahnya, yakin deh sepanjang 100 meter bisa 3 hari.

Ah jadi ngelantur nih.........,
Artinya jalan yang baik itu penting sekali dengan segudang alasan kebaikan,

yuk... kita kupas satu persatu dari fungsi jalan sampai pemeliharaannya.




A.    Fungsi Jalan 
  1. Meningkatkan hubungan kegiatan ekonomi
  2. Mempercepat akses

B.    Kriteria
  1. Bermanfaat bagi masyarakat banyak
  2. Berkualitas
  3. Partisipasi masyarakat
  4. Memperhatikan dampak lingkungan
  5. Rencana lalu-lintas pemakai jalan
  6. Standar Geometrik jalan
ad. 2. Berkualitas
  • Bahan memenuhi standar
  • Dikerjakan setelah adanya trial/uji coba lapangan
  • Adanya sertifikasi pekerjaan/dinyatakan layak
ad 5. Rencana lalu-lintas pemakai jalan
  • Jenis lalu lintas
  • Perkiraan tingkat kepadatan
  • Batasan standar teknis
 ad 6. Standar Geometrik jalan
  • Penampang melintang tipikal
  • Alinyemen horisontal
  • Alinyemen vertikal (penampang memanjang)
  • Landai maksimum
  • Jarak pandangan
Penampang melintang tipikal
  • Penampang daerah rata
  • Penampang daerah galian
  • Penampang daerah timbunan
  • Penampang daerah galian dan timbunan

Alinyemen horisontal
  • Memperbaiki lengkung yang ada
  • Memasukkan super elevasi sampai suatu maksimum landai sebesar 10 %
  • Pelebaran lengkung termasuk perkerasannya sebesar 0,5 meter sampai dengan 10 meter dan jari-jari lengkung minimal 10 meter
  • Tempat persimpangan

Alinyemen vertikal (penampang memanjang)
  • Lengkung vertical cembung
  • Lengkung vertical cekung

Landai maksimum
  • Jalan menanjak menerus, landai maksimum 7 %
  • Jalan menanjak bertingkat pada bagian pendek setiap jarak 150 meter (jarak datar) harus diberi bagian datar atau menurun, minimum 10 meter dan landai maksimum 20 %

Jarak pandangan
  • Tikungan horizontal dan lengkung vertical, minimal jarak pandang 30 meter

C.    Jenis Jalan yang Umum
  1. Konstruksi Telford
  2. Konstruksi Telasah
  3. Konstruksi Granular (Sirtu Pedel)/Katel
  4. Rabat Beton
  5. Aspal

D.    Jenis Jalan yang Khusus
  1. Daerah rawa
  2. Daerah sungai
Tanah dasar yang lunak harus diperbaiki dengan cerucuk bambu atau dengan cara lain, dipilih yang murah dan menggunakan material lokal

E.    Perkerasan Jalan
Cara pemilihan
1.    Survai perkiraan jumlah dan jenis lalu-lintas pemakai
2.    Kondisi tanah jalan dan kondisi banjir

F.    Tahapan Pembuatan Jalan
1.    Pembuatan/pembukaan badan jalan
  • Penentuan as jalan
  • Pengukuran lebar perkerasan
  • Pemasangan patok untuk batu pinggir
  • Pembersihan lapangan
Lubang pada exixting/permukaan jalan, air dan tanah Lumpur harus dibuang, ditutup dengan sirtu atau tanah pilihan kemudian dipadatkan
  • Pekerjaan galian dan timbunan
Badan jalan yang dibuat dengan teknik cut and fill/potong dan timbun pada daerah tebing, perkerasan tidak boleh diletakkan pada tanah urugan
  • Pembuatan punggung sapi
Kemiringan 5 %
  • Pembuatan badan jalan.

2.    Pemasangan lapisan bawah/pasir
Lapisan dasar berupa pasir urug dengan tebal minimum 5 cm, untuk tanah dasar yang porous/berpasir tidak perlu diberi lapisan dasar. Pasir setebal 5 cm tersebut nantinya akan masuk disela-sela batu pokok setelah adanya proses penggilasan.

3.    Pembuatan perkerasan jalan

4.    Pemadatan lapisan perkerasan
  • Pemadatan dapat dilaksanakan setelah pembuatan bahu jalan, karena bahu jalan berfungsi untuk menahan batu (telford) yang saling mengunci dan berdesakan saat pemadatan
  • Pemadatan dimulai dari tepi dan bergerak ketengah guna mempertahankan bentuk punggung sapi yang telah mulai dibentuk pada saat membuat badan jalan
  • Pemadatan dimulai dari 25 cm diluar batu tepi (roda mesin gilas 25 cm diluar batu tepi) dan bergerak ketengah, lalu berpindah ke sisi yang lain dan bergerak ketengah, terakhir dilakukakan penggilasan dibagian tengah
  • Penggilasan dilakukan sampai batu pokok terlihat tidak bergerak ketika digilas. Jika samapai 12 lintasan batu (telford) masih bergerak, maka perlu ditambah batu pengunci dan digilas lagi sampai batu pokok tidak bergerak
  • Setelah batu (telford) mantap, hampar sirtu kemudian dimasukkan ke rongga batu dengan dicocok bamboo/kayu. Setelah seluruh rongga batu terisi gilas lagi sebanyak 5 lintasan sesuai prosedur sebelumnya.

5.    Pemasangan lapisan penutup

6.    Pemadatan lapisan penutup perkerasan

G.    Survai Pengukuran Lapangan
1.    Survai Orientasi
  • Ketajaman tanjakan dan turunan
  • Existing Drainase
  • Jenis tanah dan kondisi existing
Untuk menentukan
:)    Jenis konstruksi
:)    Tebal perkerasan
:)    Perbaikan
:)    Pembentukan badan jalan
  • Alternatif trase jalan
  • Material yang  bisa didapat disekitar jalan.

2.    Survai Detail
  • Mempersiapkan format dan peralatan
  • Mempersiapkan dan melatih tenaga survai
  • Mengisi formulir SAP, VAP, MAP dan formulir perhitungan galian timbunan jalan
  • Membuat catatan perbaikan badan jalan
  • Membuat sketsa bangunan pelengkap disertai dengan ukurannya
  • Memasang patok ukur.

3.    Survai Geometrik
  • Alinyemen dan Konstruksi Jalan Baru
:)    Detail survai data jalan dan drainase
:)    Detail pengukuran memanjang dan penampang melintang
:)    Detai situasi trase atau peta jalan
  • Rekonstruksi dan Peningkatan Jalan
:)    Detail pengukuran penampang melintang pada interval 50 mater, tetapi pada  tikungan dan perubahan kemiringan besar harus pada jarak interval lebih rapat
:)    Data leveling atau perataan sepanjang sumbu jalan
:)    Denah situasi trase atau peta jalan
Daerah yang tidak standar dibuat potongan melintang tersendiri
  • Jenis Tanah Sepanjang Alinyemen
  • Informasi Sumber-sumber Bahan

H.    Bangunan Pelengkap Jalan

1.    Saluran samping
  • Standar ukuran minimal 50 x 30 x 50 (berbentu trapezium)
  • Perlindungan terhadap saluran untuk menahan erosi dari aliran air cepat, dibuat bangunan terjunan atau pasangan batu
  • Kemiringan saluran minimal 0,1 % agar air berjalan lancar.

2.    Gorong-gorong
  • Lokasi penempatan gorong-gorong didapatkan dari survai lokasi terendah
  • Kemiringan gorong-gorong minimal 2 %
  • Pemilihan jenis gorong-gorong dipengaruhi kedalaman posisi gorong-gorong terhadap permukaan jalan dan mempunyai persyaratan jarak antara tinggi puncak gorong-gorong dengan dasar perkerasan.
  • Buis beton atau Boog Duiker (Gorong-gorong pelengkung) harus ditanam supaya ada bagian lapisan tanah diatasnya minimal 30 cm atau setengah ukuran garis tengahnya.
  • Lokasi gorong-gorong dipasang pada kondisi existing rencana jalan yang dipotong oleh jalur air dan didasar cekungan dari potongan memanjang jalan yang disurvai dengan clinometer.
3.    Pembuangan saluran samping dan gorong-gorong
  • Dibuatkan aliran baru khusus pembuangan dan dilengkapai bangunan pelindung
  • Dialirkan kesungai terdekat
  • Tidak merusak lingkungan.

4.    Perlindungan tebing
  • Saluran diversi
Penangkap air yang mengalir dari lereng diatas menuju tebing, supaya air tidak terbuang melalui tebing
  • Teras bangku
Sangat layak untuk tebing, hambatannya lahan yang dibutuhkan harus tersedia cukup dan kondisi tanah stabil
  • Talud batu kosong
Dapat disusun pada tebing yang dikepras agar tidak tegak lurus
  • Talud pasangan batu
Kuat tapi mahal, pengerjaannya perlu dibuat suling-suling untuk membuang air tanah dari belakang tembok
  • Bronjong
Kuat dan cukup fleksibel tetapi relatif mahal, berfungsi menahan timbunan baru atau melindungi tebing dari arus air
  • Saluran air dibawah bangunan perlindungan tebing terutama pada tanah labil dibuatkan pasangan batu.

5.    Bahu Jalan
  • Lebar minimal bahu jalan 0,5 m (dalam kondisi terpaksa), dianjurkan lebar bahu jalan minimal 1 m. Untuk  menjaga agar batu tepi tidak mudah roboh, karena kekuatan konstruksi jalan (telford) terletak pada tahanan geser dari batu yang saling berdesakan
  • Setelah pemasangan batu tepi sebaiknya bahu jalan segera dibuat agar pada saat memasang batu kunci, batu tepi sudah tidak bergerak
  • Setiap jarak 3 meter pada bahu jalan dibuat subdrainase dari sirtu atau bahan porous lainnya untuk membuang air dibawah lapis perkerasan. Hal tersebut tidak perlu dikerjakan jika jenis lahan untuk bahu jalan termasuk tanah porous
  • Tanah untuk bahu jalan sebaiknya juga dipadatkan, karena kadang-kadang juga dipergunakan sewaktu kendaraan berpapasan
  • Bahu jalan harus dibuat sejajar dengan batu tepi dengan kemiringan 6 %
  • Bahu jalan harus ditanami rumput untuk mencegah erosi

I.    Penyusutan Material
Terjadinya perubahan volume berupa penyusutan material disebabkan :
  • Material berubah dari kondisi semula ke kondisi memadat
  • Material terbuang hilang atau tidak terpakai
Agar material yang tersedia cukup, maka dalam perencanaan perlu dginakan factor penyusutan material.

J.    Pemeliharaan Jalan
1.    Inventarisasi masalah yang harus dipelihara
2.    Menentukan yang dapat diperbaiki oleh masyarakat
3.    Waktu yang tepat untuk menentukan masalah
Sehabis hujan lebat atau pada saat hujan
4.    Waktu yang tepat untuk pemeliharaan
  • Masalah drainase harus ditangani dengan cepat
  • Ada penanganan masalah dengan waktu yang ditunda
Menunggu cuaca baik, tanah harus kering, pemasangan gorong-gorong baru, pembuatan subteras
5.    Jenis pemeliharaan
  • Pemeliharaan berkala
  • Pemeliharaan rutin
6.    Bagian jalan yang perlu pemeliharaan
  • Peneliharaan drainase (saluran pinggir)
  • Pemeliharaan kebersihan gorong-gorong
  • Pemeliharaan tebing yang longsor
  • Pemeliharaan permukaan perkerasan jalan
  • Pemeliharaan bahu jalan
referensi : PTO PNPM - Mandiri Perdesaan

    2 komentar:

    1. keren banget artikelnya gan...
      oh ya bisa bantu saya gak?
      ada artikel tentang mencocokkan jenis tanah dengan jenis jalan....
      thank sebelumnya gan...

      BalasHapus
    2. PTO berapa bu yang bahas tentang jalan...
      kok aq belum nemuin yang sedetail itu ya ....

      BalasHapus

    Silahakan berikan komentar atau saran.
    No Spam !